Arti dan Fungsi Bebanten Menurut Susatra Hindu

Hindualukta
HINDUALUKTA-- Dalam melakukan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi atau Dewa tentunya kita membutuhkan sarana dan prasarana salah satunya adalah banten. Banten adalah rangkaian beberapa sarana upakara yang diatur sedemikian rupa sesuai dengan bentuk dan ketentuan yang telah ditetapkan sehingga diyakini memiliki nilai religius yang mampu mewakili maksud dan tujuan yang mempersembahkan. 

Beberapa susastra suci Hindu menjelaskan tentang arti dan fungsi bebanten sebagai berikut : 

Sahaning Bebanten Pinaka Raganta Tuwi, Pinaka Warna Rupaning Ida Bhatara, Pinaka Anda Bhuana, yang artinya sebagai berikut;

a. Banten itu merupakan perwujudan dari keinginan atau pikiran manusia. Banten diibaratkan sebagai manusia yang terdiri dari kepala, badan, kaki, jiwa, pikiran dan jasmani.
b. Banten merupakan simbol-simbol dari Ida Sang Hyang Widhi /  Tuhan dalam segala manifestasinya.
c. Banten juga merupakan simbol alam semesta / dunia beserta isinya.

    Banten  merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh umat Hindu untuk mendekatkan dirinya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Banten sebagai perwujudan alam semesta bahkan Ida Sang Hyang Widhi karena dibuat berstruktur seperti halnya gambaran tubuh manusia yang terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki. Dalam pembuatannya seorang pembuat banten harus memperhatikan beberapa ketentuan yang wajib dijadikan panutan. 

Banten tidak akan menghasilkan pahala apa-apa bila dalam pengerjaannya tidak dilandasi dengan keyakinan dan ketulusikhlasan. Pikiran yang dipenuhi dengan kebencian tidak akan tahu tujuan fungsi pembuatan banten. Didalam banten selalu ada unsur Rwabhineda yaitu unsur Purusa dan Pradana sebagai unsur utama dalam kehidupan manusia. Adapun fungsi beberapa banten adalah sebagai berikut:

a. Banten sebagai persembahan dan tanda bhakti atau bentuk ucapan terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bagi umat  Hindu, rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi atas segala berkah serta karuniaNya tidak hanya diwujudkan dengan kata-kata pujian atau doa, melainkan dilakukan dengan mempersembahkan beberapa bentuk sesajen; yakni materi-materi yang paling indah serta berharga yang diperoleh dan digunakan dalam kehidupan dijadikan sarana persembahan.

b. Banten sebagai alat penyucian. Konsep agama Hindu membedakan secara tegas dan pasti tentang mana yang bersih – mana yang suci. Pakaian yang digunakan dalam keseharian jika habis dicuci sewajarnya dia bersih, akan tetapi pakaian tersebut tidak dibenarkan disimpan/ditempatkan  di Pura, karena tidak suci. Menurut konsep ajaran agama Hindu hanya benda-banda yang bersih dan suci sajalah yang boleh dibawa memasuki tempat suci. Bagi mereka yang karena kewajibannya harus bersentuhan dengan yang tidak suci misalnya jenazah maka sewajarnya melakukan penyucian dengan menggunakan beberapa sarana yang disebut bebanten misalnya banten prayascitta, byakala. Selain   itu ada beberapa sara penyucian yang lainnya yaitu ; air kelapa gading yang muda (bungkak), air suci (tirtha). 

c. Banten sebagai alat konsentrasi bagi setiap insan Hindu dalam usahanya untuk mendekatkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi. Banten sebagai gambaran/perwujudan Ida Sang Hyang Widhi merupakan mediator antara yang memuja dengan yang dipuja. 

        Memperhatikan fungsinya yang demikian luas maka wajarlah jika dalam pembuat suatu sajen/banten ada beberapa proses yang harus dilakukan oleh seorang sarati banten diantaranya :

a.    Harus melakukan penyucian/pewintenan.
b.    Harus asuci laksana.
c.    Harus membuat pejati terlebih dahulu.
d.    Rambut harus rapi.
e.    Mengendalikan diri/Wakcapala.
f.    Jangan sampai ada yang terluka/berdarah.
g.    Wanita yang sedang datang bulan hendaknya jangan sampai membuat bebanten.
h.    Jangan diganggu anak kecil/bhuta anglare.
i.    Konsentrasi/Mona brata.
j.    Jangan bolak balik pada saat nyoroh banten/metanding.
k.    Periksa kembali jangan sampai ada yang tinggal atau kurang.

         Dengan demikian diharapkan banten yang dibuatnya memiliki kekuatan spiritual yang religius/ getaran sucinya dapat menghubungkan Sang Anangun Yajna dengan Ida Sang Hyang Widhi. Dalam perkembangannya banten dibuat dan diberi nama seiring nilai simbolis religius dan tujuan yang melakukan persembahan.
 

0 Response to "Arti dan Fungsi Bebanten Menurut Susatra Hindu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel